saya baru saja ikut membantu membaca Perda (peraturan daerah) Lingkungan hidup Prov, kab/kota se-Indonesia. Innalillahi, ternyata banyak yang isinya cuma Copy paste perda daerah lainnya. tidak malu apa? ok masih gapapa kalo substansinya sesuai, ada beberapa yang ga sesuai dengan kondisi daerahnya. bahkan ada yang isinya lebih banyak seperti ini: lebih lanjut diatur dalam ketetapan bupati/walikota, blum lagi banyaknya kesalahan ketik (bayangkan sebuah perda alias undang-undang yang sudah ditandatangan bisa salah ketik?) jadi apa isinya?. memang tidak semua daerah, tapi itu jadi menohok suatu tanda tanya besar. kualitas Perda sebelum otonomi daerah jauh lebih rapi, lebih lengkap, lebih detil, (meskipun tidak diimplementasikan dengan baik). tapi lain hal, begitu bicara retribusi.. semua daerah perdanya lengkap sampe ke titik koma nolnya. semua ditarifin, mo itu retribusi sampah, laboratorium dll, dan hampir tidak ada salah ketik. ya, the power of money..
itulah kelemahan otonomi daerah sekarang.. semua daerah memang cenderung jadi lebih kaya, klo dilihat dari PAD (pendapatan asli daerah) nya saja, dan bupati dgn PAD tinggi akan diberi penghargaan oleh pusat dan media massa sebagai bupati yg sukses.. semua berlomba mencari uang.. tapi apakah kesejahteraan rakyat daerah itu benar2 meningkat? apakah pemerataan benar2 terjadi? apakah lingkungan tidak dieksploitasi lebih parah? itu harus dikaji lagi..
oleh karenanya, mindset bahwa daerah yang sukses otonomi adalah daerah dengan porsi PAD yang tinggi harus diubah (bukan berarti pad tinggi itu jelek) .. tapi daerah yang baik juga adalah daerah dengan IPM tinggi, daerah dengan kualitas lingkungan hidup tinggi, darah dengan penurunan angka kemiskinan tercepat,, banyak daerah yang sudah sanggup mencapai itu semua contoh: jakarta, Sulut, Riau, atau DIY, yang meskipun PADnya kalah dari bbrp daerah lain tetapi IPMnya tetap termasuk terbaik.. tapi sayang lebih banyak lagi daerah yang belum sanggup melakukan itu..
jangan sampai otonomi daerah hanya menciptakan uang tapi tapi juga memanusiakan manusia dan alamnya..
itulah kelemahan otonomi daerah sekarang.. semua daerah memang cenderung jadi lebih kaya, klo dilihat dari PAD (pendapatan asli daerah) nya saja, dan bupati dgn PAD tinggi akan diberi penghargaan oleh pusat dan media massa sebagai bupati yg sukses.. semua berlomba mencari uang.. tapi apakah kesejahteraan rakyat daerah itu benar2 meningkat? apakah pemerataan benar2 terjadi? apakah lingkungan tidak dieksploitasi lebih parah? itu harus dikaji lagi..
oleh karenanya, mindset bahwa daerah yang sukses otonomi adalah daerah dengan porsi PAD yang tinggi harus diubah (bukan berarti pad tinggi itu jelek) .. tapi daerah yang baik juga adalah daerah dengan IPM tinggi, daerah dengan kualitas lingkungan hidup tinggi, darah dengan penurunan angka kemiskinan tercepat,, banyak daerah yang sudah sanggup mencapai itu semua contoh: jakarta, Sulut, Riau, atau DIY, yang meskipun PADnya kalah dari bbrp daerah lain tetapi IPMnya tetap termasuk terbaik.. tapi sayang lebih banyak lagi daerah yang belum sanggup melakukan itu..
jangan sampai otonomi daerah hanya menciptakan uang tapi tapi juga memanusiakan manusia dan alamnya..