Friday, July 31, 2009

Mengukur Benar dan Salah Saat Ini

"dan Allah membuat perumpamaan, dua orang laki-laki, yang seorang bisu, tidak dapat berbuat sesuatu dan dia menjadi beban penanggungnya kemana saja dia disuruh oleh penanggungnya itu, dia sama sekali tidak dapat mendatangkan kebaikan. Samakah orang itu dengan orang yang menyuruh berbuat keadilan, dan dia berada dijalan yang lurus?" (surat 16:76)


Kebenaran, saat ini jadi hal yang susah sekali di tebak di Indonesia. masyarakat menutup mata, hati dan telinga mereka hanya akibat informasi yang tidak sempurna. ketika satu pihak yg menguasai sumber informasi bilang yang benar A, maka seluruh masyarakat pada umumnya akan beranggapan sama. akibatnya preferensi masyarakat dengan mudahnya terbentuk oleh permainan informasi (melalui pembentukan opini publik oleh berita media massa yg sudah tidak obyektif lagi).
setidaknya ada beberapa hal yang menjadi ukuran masyarakat saat ini dalam menilai suatu kebenaran (menurut saya pribadi), antara lain:

pertama, melalui pencitraan Fisik yang sempurna atau yang buruk dari tokoh/pelaku yg sedang dinilai. terkait fisik ini, masyarakat kita dgn mudahnya akan menganggap seseorang itu baik atau tidak dari ketampanan, kecantikan, kharisma kegagahan si tokoh pelaku. ketika masyarkat terpesona, maka ia akan baik nilainya, ketika ia melihat fisik tokoh itu agak buruk, sangar atau binal maka bisa jadi nilainya lgsung buruk pada pandangan pertama.
atau bisa pula karena fisik sang tokoh yg buruk dengan dieksploitasi sedikit maka akan menimbulkan simpati yg tinggi karena fisik itu. dan rasa simpati ini amat mempengaruhi penilaian publik. masyarakat cenderung enggan untuk mencari tahu kebenaran yg lebih dalam (lebih substantif) mengenai si tokoh atau pelaku contoh dari hal-hal diatas terjadi pada pileg dan pilpres kemarin.

kedua, melalui pembentukan Karakter yang sempurna atau buruk oleh media informasi. dengan mudah masyarakat akan terpengaruh oleh cerita yang disampaikan oleh media mengenai karakter si pelaku. biasanya masyarakat tidak akan melakukan cek silang dengan mencari berita pembanding, apalagi bila seluruh media massa sudah menggiring opini yang sama, sehingga terkadang bahkan sering media sendiri tidak objektif dalam menyampaikan karakter si pelaku. akhirnya publik menerima informasi yang belum tentu benar tapi sudah terlanjur dianggap benar.
kasus pilpres kemarin merupakan contoh yg paling nyata, juga kasus manohara.

Ketiga, melalui pesan dari pihak yang lebih berkuasa, baik itu dalam lembaga komunitas, organisasi, pemrintahan, adat, maupun keluarga dan agama. apakah itu atasan/pemimpin/tokoh yang dituakan, masyarakat pada umumnya akan menganggap benar apapun yang pesan yang disampaikan pihak yang lebih berkuasa darinya tsb. meskipun masyrakat sendiri tidak yakin akan kebenarannya, tetapi ada ketakutan, keengganan ataupun ketidakkuasaan melawan arus opini yang sudah terbentuk.

tiga hal tersebutlah yang paling dominan mengausai alam pikir manusia indonesia saat ini dalam menentukan pilihannya. benar atau salah suatu atas suatu informasi yang diterimanya akan ditentukan oelh tiga hal tersebut. tulisan ini tidak terkait dengan pemilu yang baru saja terjadi, tetapi benar-benar pandangan saya pribadi terkait atas keadaan masyarakat Indonesia yang semakin tidak obyektif menilai sesuatu hal (bahkan inipun terjadi pada diri saya sendiri). dan mungkin ini bukan hanya terjadi di Indonesia tetapi juga seluruh dunia.

Siapakah yang bersalah? tidak ada pihak yang bisa begitu saja disalahkan apalagi mau berkorban untuk disalahkan. Tapi sebagaimana dikutip dari Ayat Suci Al-Quran diatas (surat 16:76), adalah berbeda antara orang bisu yang mau melakukan apapun yg diminta oleh penanggungnya , tidak peduli benar atau salah dan akhirnya tidak bisa berbuat kebajikan apapun dengan orang yang berbuat adil dalam melihat benar dan salah, dan berusaha tetap selalu berjalan di jalan yang lurus. tinggal sekarang, mau jadi yang manakah anda?