Isu BBM memang isu tiada akhir.. ga pernah beres..
inilah komoditas politik paling empuk buat status quo ataupun lawan politiknya, baik untuk menarik pemilih juga sebaliknya buat menjauhi pemilih dari status quo atau sang lawan.
Mari kita lihat secara obyektif diluar sudut pandang politik mengenai isu terakhir seputar BBM. Akhir-akhir ini isu terhangat adalah soal penurunan harga BBM. ada beberapa hal yang patut diperhatikan.
1. kenapa penurunannya harus diumumkan sebulan sebelumnya? kenapa harus ditunda sebulan?
kenyataannya gara-gara hal tersebut seluruh pengusaha SPBU berspekulasi dan akhirnya 1 desember kemarin Premium menjadi langka. semua SPBU menahan tidak mengambil pasokan agar mereka tidak perlu menutup selisih kerugian. coba pemerintah mengumumkannya insidental alias mendadak seperti sebelumnya, pasti pasokan lebih aman.
2. kenapa Solar harus turun satu bulan kemudian dan diumumkan sekarang?
nah ini yang misterius, memang sebulan itu diperlukan untuk apa?
dengan demikian sudah dipastikan dalam satu bulan kedepan akan ada kelangkaan solar di masyarakat.
3. kalau memang harga bbm dunia turun dan harga bbm di pasar jauh lebih murah, kenapa masih disubsidi? kenapa tidak dilepas kepasar mumpung harga turun?
Dulu pemerintah kekeuh utk melepas subsidi BBM ke pasar, sekarang ketika momennya tepat untuk melepas subsidi, kenapa tidak dilepas ke pasar malahan subsidi dipertahankan? ada apa?
4. nah sekarang dengan skenario penurunan harga BBM yang masih tetap dikontrol pemerintah, kemungkinan apakah yang akan terjadi?
berikut analisa teman saya (analis di salah satu lembaga):
saya: gimana soal penurunan harga bbm? apa nyelesein masalah skrg???
dia: harga bbm boleh turun tp ongkos transport kan ga turun
dia: malah turunnya harga bbm nantinya malah bikin harga bbm susah naek lg kl harga minyaknya naek lg
dia: harga bbm yg turun ga bikin inflasi or harga barang2 laennya jd turun
dia: so....harga bbm turun ga menyelesaikan masalah
dia: malah nanti kl harga minyak naek dan harga bbm harus naek juga
dia: malah ntar inflasi bisa gila2an
dia: karena orang kaget lagi harga bbm naek lagi
dst...
5. Dengan ketidakjelasan kebijakan ini, dipastikan isu penurunan BBM ini akan jadi sasaran empuk permainan politik oposisi pemerintah.
Nah, dengan demikian, sangat jelas bahwa terlalu banyak kepentingan politik masuk kedalam urusan BBM ini terutama menjelang pemilu 2009.
Pertanyaan besarnya adalah:
kenapa harus rakyat lagi yang menanggung beban kepentingan permainan politik?
rakyat bukan mainan politik!!
kenyataannya sekarang hanya rakyat yang tinggal di daerah yang memiliki suara signifikan saja yang disorot saja, diperhatikan dan diperjuangkan nasibnya oleh para elite politik (sebenarnya diadu-adu bukan diperjuangkan).
3 comments:
Emang serba salah yah. Harga diturunin, orang-orang banyak spekulasi jadinya langka. Kalo naek, pada demo. Emang yg paling bagus tuh dilepas ke pasar, tapi ga bisa langsung musti bertahap biar ga kaget. Jadi naek turunnya harga BBM ya emang udah hukum alam, dan kemungkinan penyalahgunaannya kecil. Lagian skrg jg BBM disubsidi siapa sih yg nikmatin. Kayanya orang-orang kaya juga yg nikmatin.
PEnurunan harga BBM selalu menjadi isu yang menarik untuk di politisasi, tetapi sebenarnya pemerintah harus memperhatikan nasib rakyat kecil.
penurunan harga BBM tidak akan bermanfaat jika kebijaksanaan itu tidak diikuti dengan usaha mengendalikan harga kebutuhan pokok lainnya. termasuk harga-harga barang yang mempengaruhi kebutuhan pokok tersebut, seperti onderdil mobil terhadap penurunan harga transportasi umum.
memang banyak wacana yang menyatakan bahwa penurunan harga bbm hanya dinikmati oleh orang kaya saja. kemungkinan pendapat ini merupakan pendapat dari kelompok yang terpengaruh oleh penurunan harga bbm yaitu pengusaha dibidang perminyakan.
dalam kondisi harga BBM disubsidi oleh pemerintah, pertamina masih bisa memperoleh keuntungan yang tinggi. seharusnya keuntungan itu didistribusikan kepada masyarakat.
Jangan kita tertipu oleh pendapat-pendapat seperti ini.
kesimpulannya, pemerintah harus menurunkan harga bbm, yang diikuti dengan kebijaksanaan pengendalian harga barang-barang lainnya
Jika penurunan harga di umumkan insidensial yang rugi jelas pengusaha SPBU, mas!
Jangan lupa, pengusaha SPBU juga rakyat lho yang kepentingannya juga harus diperhatikan. Kami memang memiliki tugas melayani tapi juga tidak harus merugi, toh... karena banyak yang bergantung pada kami, misalnya pegawai-pegawai kami, petugas operator/pengisi BBM.
Jika kami terus merugi, bisa jadi kami harus mengurangi biaya operasional dan keputusan yang terburuk mengurangi jumlah pegawai.
Nah, siapa sekarang yang rugi... kita semua akan rugi!
Post a Comment